Halo, nawak-nawak dimalang.com! Kalau bicara soal Malang Selatan, rasanya kadit ada habisnya pesona pantai yang bisa kita jelajahi. Salah satu permata tersembunyi yang belakangan ini makin hits dan wajib banget kalian kunjungi adalah Pantai Tanjung Penyu. Pantai ini bukan cuma menawarkan panorama yang edan indahnya, tapi juga menyimpan kisah konservasi yang bikin hati bangga!
Sebagai penulis yang sering bolak-balik Malang Selatan, saya bisa bilang, perjalanan ke sana memang agak jauh dari pusat kota. Tapi begitu sampai, semua lelah terbayar lunas! Dari Alun-Alun Kota Malang, rute paling umum adalah menuju Pasar Besar, lalu ikuti Jalan Kolonel Sugiono ke Jalan Panglima Sudirman, lurus terus ke arah Gajahrejo. Jangan khawatir, banyak papan penunjuk arah yang akan membimbing kalian sampai ke lokasi di Tambak, Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Pantai ini buka 24 jam, jadi fleksibel banget buat dikunjungi kapan saja.
Dibuka resmi pada awal tahun 2024 lalu (setelah dibuka terbatas Oktober 2023), Pantai Tanjung Penyu langsung memikat hati banyak wisatawan. Tiket masuknya pun sangat terjangkau, hanya Rp15.000 per orang [Sumber: Instagram @tanjungpenyu]. Dengan harga segitu, kita sudah bisa menikmati keindahan alam yang luar biasa dan mendukung kelestarian pantai.
Mengapa Pantai Tanjung Penyu Begitu Memikat?
Banyak sekali pesona Pantai Tanjung Penyu Malang yang bisa dieksplorasi. Dijamin, kalian bakal betah berlama-lama di sini!
1. Suasana yang Menenangkan dan Jauh dari Hiruk Pikuk
Percaya ndak percaya, pantai ini punya aura yang menenangkan. Dengan nuansa teduh dari pepohonan dan bebatuan besar yang mengelilingi, kalian bisa sejenak menjauh dari hiruk-pikuk kota dan hanya fokus menikmati debur ombak yang syahdu. Rasanya seperti menemukan oase ketenangan setelah penat dengan macetnya jalanan Kota Malang.
2. Panorama Alam yang Indah dan Ikonik
Pantai Tanjung Penyu dikenal dengan panoramanya yang indah tiada tara. Kalian tahu kenapa namanya Tanjung Penyu? Karena, lanskap pantainya memang menjorok ke laut, membentuk visual yang menyerupai kepala penyu! Ini benar-benar pemandangan yang ikonik dan unik.
Selain itu, ada juga Tribun Sunset, sebuah perbukitan yang terkenal sebagai spot foto estetik. Dari sini, kita bisa menikmati panorama laut dari ketinggian, dan pastinya, menjadi tempat sempurna untuk menyaksikan matahari terbenam yang romantis.
3. Berkesempatan Melihat Pelepasan Penyu (Tukik)
Ini dia bagian yang paling spesial dan bikin bangga! Meskipun Pantai Tanjung Penyu bukan kawasan konservasi penyu resmi, tapi pantai ini sering dijadikan lokasi pelepasan tukik anak penyu. Kalau kalian beruntung datang di waktu yang tepat, kalian bisa menyaksikan langsung proses haru pelepasan anak-anak penyu ke laut lepas.
Fenomena ini bukan sekadar kebetulan. Tradisi lisan masyarakat sekitar Desa Sitiarjo mengisahkan bahwa dahulu kala, puluhan penyu datang ke bibir pantai ini untuk bertelur. Namun, aktivitas pembangunan dan perburuan liar sempat membuat populasi penyu menyusut drastis. Beruntung, sejak awal 2025, berbagai lembaga seperti Yayasan Konservasi Penyu Jawa Timur (BSTC), BBKSDA Jatim, dan CA Pulau Sempu aktif melakukan penangkaran dan pelepasan tukik.
Saya sempat mencari tahu lebih banyak tentang upaya ini. Pada 3 Juni 2025, misalnya, 68 tukik penyu lekang dilepas di Pantai Bajulmati yang tak jauh dari sini. Lalu, pada 13 Juni 2025, 30 tukik dilepasliarkan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Harapan Pertiwi di Pantai Tanjung Penyu sendiri! Ini adalah simbol optimisme baru dari pinggir samudra di tengah ancaman kepunahan. Filosofi Jawa “Memayu Hayuning Bawono” (membuat dunia menjadi indah), yang juga menginspirasi pelepasan lebih dari 1.000 tukik di Pantai Modangan pada 26 Juni 2025, benar-benar diterapkan di sini.
Aktivitas Seru di Pantai Tanjung Penyu
Berbagai aktivitas seru bisa kalian lakukan selama mengunjungi Pantai Tanjung Penyu Malang:
- Berkemah: Kalian bisa menikmati panorama Tanjung Penyu sepuasnya dengan berkemah. Pasang tenda di area pantai (pastikan tidak terlalu dekat dengan bibir ombak) dan nikmati pesona langit malam berbintang ditemani debur ombak.
- Menikmati Sunset: Pantai ini jadi lokasi pas untuk menikmati matahari terbenam. Duduklah di pasir, atau naik ke atas bukit dan batu karang untuk view yang lebih spektakuler.
- Berenang dan Bersantai: Ombak di sini cukup aman dan landai, cocok untuk berenang atau sekadar bersantai di gazebo bersama keluarga. Pasirnya yang halus dan lembut juga bikin asyik bermain pasir.
"Saya dan keluarga sering ke Pantai Tanjung Penyu kalau lagi pengen *refreshing* jauh dari kota. Anak-anak suka banget main pasir, terus suami saya hobi motret *sunset* di bukitnya. Suasananya tenang, beda sama pantai lain yang terlalu ramai," ujar Ibu Ida, warga Madyopuro, Malang.
Tanjung Penyu: Cerminan Harmoni Manusia dan Alam Pesisir
Pantai Tanjung Penyu bukan hanya soal keindahan alam, tapi juga potret bagaimana masyarakat pesisir di sekitarnya, seperti di Desa Sitiarjo, mencoba bertahan dan beradaptasi. Dulu mereka hidup dari hasil tangkapan laut, kini perahu nelayan mulai disulap jadi perahu wisata, dan anak-anak muda menjajakan es kelapa atau kerajinan kulit kerang.
Saya sempat ngobrol dengan Pak Manto, mantan nelayan yang sekarang mengelola warung kecil di sana. “Kalau soal penghasilan, mungkin sekarang lebih ramai,” katanya. “Tapi anak-anak sekarang banyak yang tidak lagi tahu cara menangkap ikan, atau kapan ombak bagus buat melaut. Mereka sibuk main HP, ikut tamasya, tapi lupa budaya kita sendiri.” Ini menunjukkan benturan halus antara tradisi dan modernitas.
Tanjung Penyu juga menyimpan jejak kepercayaan lokal, seperti adanya makhluk penjaga lautan selatan yang melebur dengan mitos Ratu Laut Selatan. Menjelang musim petik laut, beberapa warga masih melakukan ritual sederhana, membakar kemenyan atau menabur bunga ke laut, memohon keselamatan. Sayangnya, banyak wisatawan yang belum memahami makna di balik tradisi ini, bahkan ada yang mencemari lokasi upacara dengan sampah. Ini jadi pengingat penting bagi kita semua untuk selalu menjaga etika dan menghormati adat lokal saat berkunjung.
Wisata dan Edukasi Konservasi
Dengan tarif masuk yang terjangkau (Rp10.000 per orang, parkir motor Rp3.000, mobil Rp5.000), fasilitas wisata yang berkembang seperti spot camping, selfie, dan perahu wisata, Pantai Tanjung Penyu terus menarik minat. Bahkan, beberapa pengelola kini menawarkan jasa edukasi lingkungan dan pelatihan konservasi, terutama saat musim tukik menetas.
Untuk pengalaman terbaik, wisatawan disarankan datang pagi (07.00–10.00 WIB) atau sore (15.00–17.00 WIB) untuk menghindari teriknya matahari. Namun, yang terpenting adalah sikap: selalu membawa sampah sendiri, menghormati ritual lokal, dan mendukung ekonomi lokal dengan bijak.
Review Google Bisnis :
Pantai Tanjung Penyu mendapatkan banyak ulasan positif di Google Maps. Ini dia 3 yang terbaik yang saya temukan:
- “Pantai ini sungguh indah, pasir putihnya lembut dan airnya jernih. Pemandangan tebing dan karang membuat suasana lebih dramatis. Cocok untuk bersantai atau menikmati sunset. Harga tiket juga terjangkau.” – Dian Sari
- “Tempatnya nyaman, tidak terlalu ramai, jadi bisa lebih menikmati suasana. Kami beruntung bisa melihat pelepasan tukik, pengalaman yang sangat berkesan dan edukatif untuk anak-anak.” – Rizky Pradana
- “Akses jalan sudah bagus, parkir luas. Kebersihan terjaga. Kalau mau camping juga enak di sini. Overall, salah satu pantai terbaik di Malang Selatan dengan pemandangan yang menawan.” – Yoga Pratama
Ayo Jaga Keindahan dan Kisah Tanjung Penyu!
Tanjung Penyu ibarat potret ambivalensi: indah tapi rawan rusak, ramai tapi berisiko kehilangan jati diri. Pantai ini adalah laboratorium sosial tempat bertemunya konservasi, budaya, dan ekonomi lokal. Data konservasi menunjukkan tren positif: sekitar 1.160 tukik dilepas sepanjang semester pertama 2025. Namun tantangannya pun tetap besar.
Kolaborasi aktif antara pemerintah, komunitas lokal, dan wisatawan sangat dibutuhkan. Edukasi multibahasa tentang pentingnya penyu dan makna ritual harus dipasang di titik-titik strategis. Sekolah-sekolah di Malang bisa terlibat dalam kegiatan pelepasan tukik, agar generasi muda tumbuh dengan rasa memiliki terhadap lingkungan dan budaya mereka sendiri.
Tanjung Penyu bukan hanya soal pantai dan penyu. Ia adalah tempat di mana kita bisa bertanya: apakah kita datang sebagai penikmat, perusak, atau penjaga? Karena pada akhirnya, laut dan semua yang hidup di dalamnya akan menilai cara kita memandang dan memperlakukannya. Di sinilah jejak penyu dan jejak manusia bertemu, dan kita harus memastikan bahwa keduanya tetap lestari. Salam Lestari!
Pernah berkunjung ke Pantai Tanjung Penyu? Atau punya pengalaman menyaksikan pelepasan tukik yang tak terlupakan? Yuk, bagikan cerita dan fotomu di kolom komentar! Jangan lupa follow Instagram kami @dimalangcom untuk info dan rekomendasi healing seru lainnya di Malang!